Tak terasa sudah hampir tiga tahun kami melewatkan
waktu dengan penuh canda dan tawa masa-masa putih abu-abu. Kini tiba waktunya
dimana kami semua dibuat tegang dan deg-degan. Apalagi kalau bukan akan
menghadapi ujian nasional. Dua minggu sebelum ujian nasional kami kelas dua
belas sibuk mempesiapkan mental dan fisik , jasmani dan rohani.
Ujian nasional merupakan masa-masa paling
menegangkan dari semua yang tegang-tegang di masa putih abu-abu. Siswa-siswi
kelas dua belas sibuk mempersiapkan diri agar sukses menghadapi ujian nasional
ini. Tak terkecuali Andis Gren yang biasanya cuma sholat magrib itu pun
jarang-jarang kini menjadi getol sholat tak cuma sholat wajib lima waktu sholat
sunah qobliyah dan badiyah pun dilakukannya. Katanya supaya do’anya dikabulkan,
jadi semakin sering sholat semakin dekat dengan Allah semakin di dengar do’a
yang ia panjatkan. “Semakin sering sholat semakin banyak berdo’a lalu
dikabulkanlah do’a kita”. Begitu kata Andis Gren. Tidak banyak-banyak Andis
Gren cuma minta di beri kelulusan itu saja.
Bagi Andis Gren ujian nasional ini merupakan perang
yang mau tak mau mesti dihadapi. meskipun dia termasuk orang yang cuek terhadap
pelajaran sekolah, sering bolos dan tertidur ketika pelajaran berlangsung
tetapi ketika akan menghadapi ujian nasional dia termasuk orang yang
benar-benar sibuk mempersiapkan diri demi sukses mengerjakan soal ujian.
Berbeda dengan siswa lain yang mempersiapkan diri dengan rajin belajar dan
mengikuti bimbingan belajar Andis Gren malah sibuk mencari bocoran kunci
jawaban.
Andis Gren termasuk orang yang pandai bergaul,
teman-temannya banyak dari dalam maupun luar sekolahnya. Ini jadi keuntungan untuk
Andis Gren, ia dapat dengan mudah
mendapat bisik-bisik bocoran jawaban dari teman nongkrongnya. Meskipun ia tak
tau pasti sumber bocoran itu dari mana, “dari pada nanti di hadapan soal pas
ujian pelongoan gak ada salahnya gua pake bocoran kunci jawaban dari temen.”
Kata Andis Gren.
Menjelang ujian nasional banyak yang berubah
drastis,yang tadinya sering bolos berubah jadi giat belajar, yang penampilan
slengean berubah seperti penampilan seorang seles, baju dimasukin rambut selalu
klimis. Selain itu ada pula yang melakukan ritual-ritual khusus seperti minta
air papadangati* ke pak ustad katanya
supaya diberi kemudahan waktu mengerjakan soal ujian. jayongpun tak kalah heboh
persis dua hari sebelum ujian nasional
dilaksanakan Andis Gren dan teman-temannya pergi jiarah ke banten naik mobil
angkot.
Andis Gren adalah teman sekolah gua yang berbeda jurusan. Gua jurusan
IPA sedangkan dia IPS. Seperti halnya Andis Gren gua tak lebih cemas ketika
akan menghadapi ujian nasional, tapi beruntung pada tahun dua ribu sepuluh
dimana kami melaksanakan ujian nasional masih bisa ujian ulang bagi yang tidak
lulus. Alhamdulillah pada waktu itu gua termasuk yang lulus alias tidak
mengulang. Sementara banyak teman-teman gua yang satu sekolah terutama jurusan
IPS dan Bahasa yang tidak lulus dan mengikuti ujian ulang.
Ba’da isa sekitar pukul delapan abuk teman satu
jurusan nelpon gua ngomongin tentang bagaimana trik dan tips agar nyontek besok
pas ujian gak ketauan sama pengawas.
Abuk : gua bingung nih mau bikin contekan di mana,
loe ada ide gak?
Gua : tulis aja di papan jalan yang buat alas
lembar jawaban buk
Abuk : itu sih gua juga udah kepikiran, ngeri tau
terlalu gimana gitu, ada yang lain gk?
Setelah gua puter kepala sambil senyum-senyum
seperti baru nemu duit sejutakimin muncullah ide diotak gua.
Gua : aha… gua ada ide nih, gimana kalau tuh
kunci jawaban di tulis pada kertas yang udah
dipotong kecil, kemudian dilinting terus di masukin kedalam sedotan.
Udah gitu pas ujian nanti loe taro di
mulut bro.
Abuk : hah,,terus gua meski mingkem terus gitu?
Aku : haha… iya terus kalau pengawas ngajak
ngomong supaya gak ketahuan, loe jawabnya
hm..hm..hm..aja
Abuk : wkwkwkwk
Gua : good luck bro..!!
Pukul lima pagi sambil menunggu sms bocoran kunci
jawaban dari teman gua dijurusan IPA,
gua mempersiapkan peralatan
ujian. Tepat ketika gua hendak memasukan pensil 2b dan penghapus kedalam tas
tiba-tiba handphone gua berbunyi, ternyata sms dari Roni yang berisi bocoran
jawaban dari temennya yang sekolah di pesantren modern. Guapun menyalinnya pada
kertas kecil yang telah gua siapkan sebelumnya. Tak lama setelah itu handphone
gua berbunyi kembali dan mulai bermunculan sms bocoran dari teman-teman gua.
Febry ngirim bocoran yang katanya dari temennya yang sekolah dipandeglang. Didin
ngirim bocoran yang didapat dari temennya yang sekolah di mancak dan Pukta memberi
kunci jawaban dari Edgy temen sekolah kami. Dari Edgylah kami membeli kunci
jawaban seharga lima puluh ribu rupiah untuk semua pelajaran yang di ujian
nasionalkan khususnya pelajaran eksak jurusan IPA.
Pagi-pagi sekali gua berangkat kesekolah, diprapatan
gua ketemu Bruel temen waktu SD yang sekarang berbeda sekolah dengan gua lagi
duduk di kursi pangkalan ojek sambil memegang pensil 2b. “hey, Bruel lagi
ngapain?” tanya gua. “biasa nih” jawabnya sambil cengengesan. Yang ternyata
lagi nulis kunci jawaban di pensil 2b nya. “krekatip
juga loe Bruel.” Teriak gua. “haha.. iya dong” balas Bruel.
Tidak seperti hari-hari lain. Disekolah pukul enam
pagi yang biasanya masih sepi tetapi hari itu sudah ramai. “heh, beda tahu
kunci jawaban yang dari mancak sama pandeglang.” Kata Febry pada Didin. “Ya
bedalah orang beda kabupaten.” Solot Didin. Tiba-tiba Pukta datang dan
bertanya. “emang setiap kabupaten beda tah soalnya?.” “gak tau juga sih,hehe… ya udah pegang aja
semuanya dulu terus mana yang banyak samanya dengan feeling kita berarti itu
yang dipake.” Lanjut Didin. “ribet tau kalau kaya gitu mah, udahlah kita pake
yang dari Edgy aja lagi pula kuncinya hampir sama dengan kunci jawaban dari
mancak palingan beda satu dua jawaban doang.” Ucap Pukta. Setelah bermusyawarah
dan ngakurin kunci jawaban dari sekolah-sekolah lain, yang ternyata kunci
jawaban yang dari Edgy gak beda jauh dengan kunci jawaban dari mancak dan
pesantren modern. Setelah Pukta angkat bicara meyakinkan kunci jawaban yang
kami pegang akhirnya kami sepakat untuk pake kunci jawaban dari Edgy.
Berbeda dengan kebiasaan ketika kebagian tugas
bersih-bersih yang saling tunjuk dan pada males serta gak kompak. Menjelang
detik-detik ujian adalah saat-saat dimana kekompakkan dan rasa persaudaraan
kami semakin erat.
Tadinya gua pikir akan ada polisi yang berjaga berwajah bringas, berkumis jeceng dan perut
agak buncit lengkap dengan senapan ditemani
anjing pelacak berdiri sigap disetiap pintu ruangan yang akan dipake
ujian. Ternyata tidak, melainkan polisi hanya bolak-bolik di sekitar ruangan
guru. Dan ini berarti bertanda bagus bahwa kami bisa masuk ruangan persis
sebelum ujian di mulai dan sebelum pengawas pada datang untuk sekedar
menyembunyikan contekan di kolong meja atau coret-coret meja dengan kunci
jawaban. Yiihuuuu…
Masa-masa ujian nasional atau ujian akhir sekolah
adalah masa dimana kreatifitas siswa siswi mulai kelihatan khususnya siswa
siswi kelas dua belas yang hendak melaksanakan ujian. Dan kreatifitas ini hanya
berlaku ketika ulangan dan ujian saja. Seperti halnya, temen gua.
Didin : menulis contekan yang berisi
kunci jawaban pada kertas kecil yang kemudian di linting lalu disimpan di resleting celana.
Febry : menulis kunci jawaban di penghapus
Andis
Gren : menulis kunci jawaban dipaha,
yang kebetulan celananya robek pas lutut dan sengaja dia perbesar robekkannya.
Jadi setiap dia hendak mencontek tinggal menaikkan robekkan itu tepat ke paha
yang sudah ia tulis dengan kunci jawaban.
Pukta :
menyembunyikan contekan (kunci jawaban) di belakang dasi.
Edgy
: naro contekan dibawah sepatunya yang di eratkan menggunakan isolasi.
Gua : menulis contekan di atas
papan jalan yang digunakan buat alas lembar jawaban yang gua tutupi dengan
kertas kecil yang di gunting berbentuk awan bertuliskan nama gua kelas dan
gambar hujan rintik-runtik. kemudian gua tempel dengan isolasi dan apabila
hendak mencontek gua tinggal membuka isolasinya maka terlihatlah kunci jawaban.
Kenangan putih abu-abu adalah kenangan yang akan
selalu indah untuk di ceritakan ataupun hanya untuk di simpan didalam album
lubuk hati kita. Terutama bagi gua peribadi. Salah satu peristiwa yang masih
gua ingat pada masa putih abu-abu selain ditolak adik kelas adalah ketika menjelang
detik-detik ujian nasional. Dari mulai makan timbel bareng di dalam kelas
sebelum bimbel dimulai, nyolong buku rangkuman soal ujian di perpustakaan yang
gua ambil bersama temen gua melalui celah dibawah pintu, cuma karena gara-gara
kartu perpusnya ilang, satu lagi yang masih gua ingat adalah ketika ujian.
Diruangan kami ketika ujian berlangsung selalu mengandalkan teman yang kami anggap pinter dalam pelajaran
tertentu, seperti halnya Ilham yang pinter dalam pelajaran matematika maka
ketika ujian pelajaran matematika kami belum berani menghitamkan lembar jawaban
sebelum Ilham memberi kode kalau kunci jawaban yang kami pegang sama dengan
atau lebih dari 60% dengan hasil coretannya. Kalau Ilham dehem dua kali berarti
kunci jawaban yang kami pegang bisa dipake, tapi kalau Ilham dehem satu kali
berarti Ilham ragu-ragu yang artinya hasil itung-itungan dan kotretan Ilham
banyak bedanya dengan bocoran kunci jawaban yang kami pegang.
Pada waktu itu udah setengah jam lewat gua baru
dapet menghitamkan dua nomer tapi Ilham belum juga dehem. Akibat rasa percaya
pada diri sendiri berbanding lebih kecil dibandingkan rasa percaya pada kunci
jawaban yang belum ada kepastian benar tidaknya akhirnya sambil menunggu Ilham
dehem gua hitamkan nomor demi nomor perlahan lahan sekedar untuk mengalihkan
perhatian pengawas. Sudah sepuluh nomor gua hitamkan hasil dari itung-itungan
kacing yang di sempurnakan dengan
contekkan kunci jawaban. Gua panik, tangan bergetar hebat, muka pucat
dan hampir pipis dicelana. Untuk tidak megatakan ngompol.Tepat setengah jam
waktu yang tersisa akhirnya gua mendengar suara orang berdehem. “ EHEM-EHEM”.
Perasaan gua sedikit lega. Ketika gua tengok ternyata yang dehem pengawas.
ALLAHU AKBAR.
*papadangati: air mineral yang telah dibacakan do’a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar