Minggu, 14 Februari 2016

UJIAN NASIONAL



Tak terasa sudah hampir tiga tahun kami melewatkan waktu dengan penuh canda dan tawa masa-masa putih abu-abu. Kini tiba waktunya dimana kami semua dibuat tegang dan deg-degan. Apalagi kalau bukan akan menghadapi ujian nasional. Dua minggu sebelum ujian nasional kami kelas dua belas sibuk mempesiapkan mental dan fisik , jasmani dan rohani.
Ujian nasional merupakan masa-masa paling menegangkan dari semua yang tegang-tegang di masa putih abu-abu. Siswa-siswi kelas dua belas sibuk mempersiapkan diri agar sukses menghadapi ujian nasional ini. Tak terkecuali Andis Gren yang biasanya cuma sholat magrib itu pun jarang-jarang kini menjadi getol sholat tak cuma sholat wajib lima waktu sholat sunah qobliyah dan badiyah pun dilakukannya. Katanya supaya do’anya dikabulkan, jadi semakin sering sholat semakin dekat dengan Allah semakin di dengar do’a yang ia panjatkan. “Semakin sering sholat semakin banyak berdo’a lalu dikabulkanlah do’a kita”. Begitu kata Andis Gren. Tidak banyak-banyak Andis Gren cuma minta di beri kelulusan itu saja.
Bagi Andis Gren ujian nasional ini merupakan perang yang mau tak mau mesti dihadapi. meskipun dia termasuk orang yang cuek terhadap pelajaran sekolah, sering bolos dan tertidur ketika pelajaran berlangsung tetapi ketika akan menghadapi ujian nasional dia termasuk orang yang benar-benar sibuk mempersiapkan diri demi sukses mengerjakan soal ujian. Berbeda dengan siswa lain yang mempersiapkan diri dengan rajin belajar dan mengikuti bimbingan belajar Andis Gren malah sibuk mencari bocoran kunci jawaban.
Andis Gren termasuk orang yang pandai bergaul, teman-temannya banyak dari dalam maupun luar sekolahnya. Ini jadi keuntungan untuk  Andis Gren, ia dapat dengan mudah mendapat bisik-bisik bocoran jawaban dari teman nongkrongnya. Meskipun ia tak tau pasti sumber bocoran itu dari mana, “dari pada nanti di hadapan soal pas ujian pelongoan gak ada salahnya gua pake bocoran kunci jawaban dari temen.” Kata Andis Gren.
Menjelang ujian nasional banyak yang berubah drastis,yang tadinya sering bolos berubah jadi giat belajar, yang penampilan slengean berubah seperti penampilan seorang seles, baju dimasukin rambut selalu klimis. Selain itu ada pula yang melakukan ritual-ritual khusus seperti minta air papadangati* ke pak ustad katanya supaya diberi kemudahan waktu mengerjakan soal ujian. jayongpun tak kalah heboh persis  dua hari sebelum ujian nasional dilaksanakan Andis Gren dan teman-temannya pergi jiarah ke banten naik mobil angkot.
Andis Gren adalah teman  sekolah gua yang berbeda jurusan. Gua jurusan IPA sedangkan dia IPS. Seperti halnya Andis Gren gua tak lebih cemas ketika akan menghadapi ujian nasional, tapi beruntung pada tahun dua ribu sepuluh dimana kami melaksanakan ujian nasional masih bisa ujian ulang bagi yang tidak lulus. Alhamdulillah pada waktu itu gua termasuk yang lulus alias tidak mengulang. Sementara banyak teman-teman gua yang satu sekolah terutama jurusan IPS dan Bahasa yang tidak lulus dan mengikuti ujian ulang.
Ba’da isa sekitar pukul delapan abuk teman satu jurusan nelpon gua ngomongin tentang bagaimana trik dan tips agar nyontek besok pas ujian gak ketauan sama pengawas.
Abuk   : gua bingung nih mau bikin contekan di mana, loe ada ide gak?
Gua     : tulis aja di papan jalan yang buat alas lembar jawaban buk
Abuk   : itu sih gua juga udah kepikiran, ngeri tau terlalu gimana gitu, ada yang lain gk?

Setelah gua puter kepala sambil senyum-senyum seperti baru nemu duit sejutakimin muncullah ide  diotak gua.
Gua       : aha… gua ada ide nih, gimana kalau tuh kunci jawaban di tulis pada kertas yang udah     dipotong kecil, kemudian dilinting terus di masukin kedalam sedotan. Udah gitu pas ujian nanti loe  taro di mulut bro.
Abuk   : hah,,terus gua meski mingkem terus gitu?
Aku    : haha… iya terus kalau pengawas ngajak ngomong supaya gak ketahuan, loe jawabnya   hm..hm..hm..aja
Abuk   : wkwkwkwk     
Gua     : good luck bro..!!

Pukul lima pagi sambil menunggu sms bocoran kunci jawaban dari teman gua dijurusan IPA,  gua  mempersiapkan peralatan ujian. Tepat ketika gua hendak memasukan pensil 2b dan penghapus kedalam tas tiba-tiba handphone gua berbunyi, ternyata sms dari Roni yang berisi bocoran jawaban dari temennya yang sekolah di pesantren modern. Guapun menyalinnya pada kertas kecil yang telah gua siapkan sebelumnya. Tak lama setelah itu handphone gua berbunyi kembali dan mulai bermunculan sms bocoran dari teman-teman gua. Febry ngirim bocoran yang katanya dari temennya yang sekolah dipandeglang. Didin ngirim bocoran yang didapat dari temennya yang sekolah di mancak dan Pukta memberi kunci jawaban dari Edgy temen sekolah kami. Dari Edgylah kami membeli kunci jawaban seharga lima puluh ribu rupiah untuk semua pelajaran yang di ujian nasionalkan khususnya pelajaran eksak jurusan IPA.
Pagi-pagi sekali gua berangkat kesekolah, diprapatan gua ketemu Bruel temen waktu SD yang sekarang berbeda sekolah dengan gua lagi duduk di kursi pangkalan ojek sambil memegang pensil 2b. “hey, Bruel lagi ngapain?” tanya gua. “biasa nih” jawabnya sambil cengengesan. Yang ternyata lagi nulis kunci jawaban di pensil 2b nya. “krekatip juga loe Bruel.” Teriak gua. “haha.. iya dong” balas Bruel.
Tidak seperti hari-hari lain. Disekolah pukul enam pagi yang biasanya masih sepi tetapi hari itu sudah ramai. “heh, beda tahu kunci jawaban yang dari mancak sama pandeglang.” Kata Febry pada Didin. “Ya bedalah orang beda kabupaten.” Solot Didin. Tiba-tiba Pukta datang dan bertanya. “emang setiap kabupaten beda tah soalnya?.”  “gak tau juga sih,hehe… ya udah pegang aja semuanya dulu terus mana yang banyak samanya dengan feeling kita berarti itu yang dipake.” Lanjut Didin. “ribet tau kalau kaya gitu mah, udahlah kita pake yang dari Edgy aja lagi pula kuncinya hampir sama dengan kunci jawaban dari mancak palingan beda satu dua jawaban doang.” Ucap Pukta. Setelah bermusyawarah dan ngakurin kunci jawaban dari sekolah-sekolah lain, yang ternyata kunci jawaban yang dari Edgy gak beda jauh dengan kunci jawaban dari mancak dan pesantren modern. Setelah Pukta angkat bicara meyakinkan kunci jawaban yang kami pegang akhirnya kami sepakat untuk pake kunci jawaban dari Edgy.
Berbeda dengan kebiasaan ketika kebagian tugas bersih-bersih yang saling tunjuk dan pada males serta gak kompak. Menjelang detik-detik ujian adalah saat-saat dimana kekompakkan dan rasa persaudaraan kami semakin erat.
Tadinya gua pikir akan ada polisi yang berjaga  berwajah bringas, berkumis jeceng dan perut agak buncit lengkap dengan senapan ditemani  anjing pelacak berdiri sigap disetiap pintu ruangan yang akan dipake ujian. Ternyata tidak, melainkan polisi hanya bolak-bolik di sekitar ruangan guru. Dan ini berarti bertanda bagus bahwa kami bisa masuk ruangan persis sebelum ujian di mulai dan sebelum pengawas pada datang untuk sekedar menyembunyikan contekan di kolong meja atau coret-coret meja dengan kunci jawaban. Yiihuuuu…
Masa-masa ujian nasional atau ujian akhir sekolah adalah masa dimana kreatifitas siswa siswi mulai kelihatan khususnya siswa siswi kelas dua belas yang hendak melaksanakan ujian. Dan kreatifitas ini hanya berlaku ketika ulangan dan ujian saja. Seperti halnya, temen gua.

Didin               : menulis contekan yang berisi kunci jawaban pada kertas kecil yang kemudian di linting   lalu disimpan di resleting celana.
Febry               : menulis kunci jawaban di penghapus
Andis Gren     : menulis kunci jawaban dipaha, yang kebetulan celananya robek pas lutut dan sengaja dia perbesar robekkannya. Jadi setiap dia hendak mencontek tinggal menaikkan robekkan itu tepat ke paha yang sudah ia tulis dengan kunci jawaban.
Pukta              : menyembunyikan contekan (kunci jawaban) di belakang dasi.
Edgy               : naro contekan dibawah sepatunya yang di eratkan menggunakan isolasi. 
Gua                 : menulis contekan di atas papan jalan yang digunakan buat alas lembar jawaban yang gua tutupi dengan kertas kecil yang di gunting berbentuk awan bertuliskan nama gua kelas dan gambar hujan rintik-runtik. kemudian gua tempel dengan isolasi dan apabila hendak mencontek gua tinggal membuka isolasinya maka terlihatlah kunci jawaban.

Kenangan putih abu-abu adalah kenangan yang akan selalu indah untuk di ceritakan ataupun hanya untuk di simpan didalam album lubuk hati kita. Terutama bagi gua peribadi. Salah satu peristiwa yang masih gua ingat pada masa putih abu-abu selain ditolak adik kelas adalah ketika menjelang detik-detik ujian nasional. Dari mulai makan timbel bareng di dalam kelas sebelum bimbel dimulai, nyolong buku rangkuman soal ujian di perpustakaan yang gua ambil bersama temen gua melalui celah dibawah pintu, cuma karena gara-gara kartu perpusnya ilang, satu lagi yang masih gua ingat adalah ketika ujian. Diruangan kami ketika ujian berlangsung selalu mengandalkan  teman yang kami anggap pinter dalam pelajaran tertentu, seperti halnya Ilham yang pinter dalam pelajaran matematika maka ketika ujian pelajaran matematika kami belum berani menghitamkan lembar jawaban sebelum Ilham memberi kode kalau kunci jawaban yang kami pegang sama dengan atau lebih dari 60% dengan hasil coretannya. Kalau Ilham dehem dua kali berarti kunci jawaban yang kami pegang bisa dipake, tapi kalau Ilham dehem satu kali berarti Ilham ragu-ragu yang artinya hasil itung-itungan dan kotretan Ilham banyak bedanya dengan bocoran kunci jawaban yang kami pegang.
Pada waktu itu udah setengah jam lewat gua baru dapet menghitamkan dua nomer tapi Ilham belum juga dehem. Akibat rasa percaya pada diri sendiri berbanding lebih kecil dibandingkan rasa percaya pada kunci jawaban yang belum ada kepastian benar tidaknya akhirnya sambil menunggu Ilham dehem gua hitamkan nomor demi nomor perlahan lahan sekedar untuk mengalihkan perhatian pengawas. Sudah sepuluh nomor gua hitamkan hasil dari itung-itungan kacing yang di sempurnakan dengan  contekkan kunci jawaban. Gua panik, tangan bergetar hebat, muka pucat dan hampir pipis dicelana. Untuk tidak megatakan ngompol.Tepat setengah jam waktu yang tersisa akhirnya gua mendengar suara orang berdehem. “ EHEM-EHEM”. Perasaan gua sedikit lega. Ketika gua tengok ternyata yang dehem pengawas.
ALLAHU AKBAR.





*papadangati: air mineral yang telah dibacakan do’a



Tidak ada komentar:

Posting Komentar